Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam
percakapan, yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara adalah sebuah
instrumen penelitian yang lebih sistematis. Dalam wawancara, pertanyaan
dan jawaban yang diberikan dilakukan secara verbal. Biasanya komunikasi
ini dilakukan dalam keadaan tatap muka, atau jika terpaksa dapat
dilakukan melalui telepon. Hubungan dalam wawancara biasanya bersifat
sementara, yaitu berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan kemudian
diakhiri. Dalam wawancara, orang yang dimintai informasi (sumber data)
disebut dengan informan. Pewawancara harus dapat menciptakan suasana
akrab, sehingga informan dapat memberikan keterangan yang kita inginkan
dengan penuh kerelaan.
1) Maksud dan Tujuan Wawancara
Maksud diadakannya wawancara seperti dikemukakan oleh Guba dan Lincoln antara lain sebagai berikut.
a) Mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan.
b) Merekonstruksi kebulatan-kebulatan tersebut sebagai hal yang dialami
pada masa lalu, dan memproyeksikan kebulatan-kebulatan tersebut sebagai
sesuatu yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang.
c) Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain (informan).
d) Memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
2) Jenis-Jenis Wawancara
Dalam melakukan wawancara, peneliti membutuhkan pedoman atau panduan
yang berupa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan. Jadi
hamper sama dengan angket, hanya saja jawaban atas pertanyaan dalam
wawancara ditulis sendiri oleh pewawancara sesuai dengan jawaban lisan
yang dikemukakan oleh informan. Oleh karena itu kita mengenal beberapa
jenis wawancara yang menurut Guba dan Lincoln dibedakan atas berikut
ini.
a) Wawancara oleh tim atau panel,
yaitu wawancara yang dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seorang yang diwawancarai.
b) Wawancara tertutup,
yaitu jenis wawancara yang umumnya informan tidak mengetahui dan tidak
menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai untuk keperluan tertentu.
Bentuk seperti ini cenderung akan menyinggung perasaan informan,
sehingga umumnya dihindari dalam sebuah penelitian.
c) Wawancara terbuka,
yaitu jenis wawancara di mana informan mengetahui secara pasti bahwa
mereka sedang diwawancarai dan paham akan maksud wawancara tersebut.
d) Wawancara riwayat secara lisan,
yaitu wawancara yang dilakukan terhadap orang-orang yang pernah membuat
sejarah atau yang telah membuat karya ilmiah, sosial, pembangunan,
perdamaian, dan sebagainya. Maksud wawancara ini untuk mengungkap
riwayat hidup, pekerjaan, kesenangan, ketekunan, pergaulan, dan
sebagainya.
e) Wawancara terstruktur,
yaitu wawancara yang pelakunya menetapkan sendiri permasalahannya dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Sebelum
diadakan wawancara sudah dibuat daftar pertanyaan yang sangat urut dan
terstruktur. Pada jenis ini jarang terdapat pertanyaan yang bersifat
pendalaman (probing) yang dapat mengarahkan informan agar jangan sampai
mengungkap kebohongan.
f) Wawancara tidak terstruktur,
yaitu wawancara yang digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku
atau informasi tunggal. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara jenis ini
tidak disusun terlebih dahulu, dan biasanya pertanyaan ini mengalir
begitu saja, mengikuti alur pembicaraan yang telah diciptakan.
3) Keuntungan dan Kelemahan Wawancara
Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia pasti mengandung keuntungan dan kelemahan. Begitupun juga dalam wawancara.
a) Keuntungan Wawancara
Keuntungan wawancara sebagai instrumen penelitian adalah sebagai berikut.
(1) Dapat memperoleh keterangan sedalam-dalamnya tentang suatu masalah, khususnya yang berkenaan dengan pribadi seseorang.
(2) Peneliti dapat dengan cepat memperoleh informasi yang diinginkan.
(3) Peneliti dapat memastikan bahwa informan yang memberi jawaban.
(4) Peneliti berusaha agar pertanyaan betul-betul dipahami oleh informan.
(5) Wawancara memungkinkan fleksibilitas dalam cara-cara bertanya.
(6) Pewawancara yang sensitif dapat menilai validitas jawaban berdasarkan gerak-gerik, nada, dan raut muka dari informan.
(7) Informasi yang diperoleh akan lebih dipercayai kebenarannya karena
salah tafsiran dapat diperbaiki pada saat wawancara dilakukan.
(8) Informan lebih bersedia mengungkapkan keterangan dan lebih leluasa dalam pengungkapannya.
b) Kelemahan Wawancara
Di samping keuntungan, wawancara juga memiliki sejumlah kelemahan, di antaranya adalah sebagai berikut.
(1) Jawaban verbal diragukan validitasnya.
(2) Peneliti sendiri tidak konstan keadaannya.
(3) Apabila proses wawancara tidak dilakukan oleh peneliti sendiri, akan
terdapat salah tafsir dari pihak yang diberi tugas untuk melakukan
wawancara. Selain itu, karakteristik pribadi informan tidak terekam oleh
peneliti itu sendiri.
(4) Banyak kendala dalam pengolahan hasil wawancara.
(5) Belum ada sistem baku yang ada untuk pencatatan hasil wawancara,
sehingga peneliti cenderung mengembangkan sendiri cara pencatatan hasil
wawancara.
(6) Memakan banyak waktu, tenaga, biaya, dan pikiran.
(7) Menemui informan tidak mudah, sehingga peneliti harus menyesuaikan
dengan waktu informan. Hal itu karena kita yang membutuhkan dia, bukan
dia yang membutuhkan kita.
4) Prosedur Wawancara
Pewawancara harus memiliki perencanaan ketika akan melakukan wawancara
ke tempat tinggal informan, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
Untuk itu ada beberapa patokan prosedur yang perlu diperhatian, yaitu
sebagai berikut.
a) Mengutamakan informan yang tempat tinggalnya relatif lebih dekat.
b) Memilih waktu yang tepat untuk berkunjung.
c) Seandainya pewawancara tidak bertemu dengan informan, maka usahakan
mencari informasi kepada salah seorang anggota keluarganya atau
tetangganya tentang kapan kunjungan ulang sebaiknya dilaksanakan.
d) Pewawancara harus bijaksana dalam mengatur perjanjian dan melaksanakan kunjungan.
e) Kunjungan sebaiknya dilakukan oleh pewawancara seorang diri.
f) Dalam wawancara, sebaiknya usahakan agar informan tidak bersama
dengan orang lain agar jawaban yang diberikan informan bersifat orisinil
dan tidak dipengaruhi oleh orang lain.
5) Sikap Pewawancara
Pada saat melakukan wawancara, pewawancara harus memiliki sikap-sikap berikut ini.
a) Netral,
artinya pewawancara tidak memberikan reaksi dalam bentuk apa pun terhadap jawaban yang diberikan informan.
b) Adil,
artinya pewawancara harus memperlakukan semua informan sama dan tidak
memihak, agar informan merasa aman dalam memberikan jawaban atau
keterangan.
c) Ramah dalam mewawancarai,
artinya pewawancara harus selalu bersikap ramah dan wajar, tanpa dibuatbuat, segar, berpenampilan rapi, serta menarik.
d) Hindari ketegangan,
artinya pewawancara harus
dapat menciptakan suasana santai tapi serius, sehingga akan
menghilangkan kesan seolah-olah informan sedang diuji, agar informan
tidak merasa tegang.
6) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Komunikasi dalam Wawancara
Menurut Donald P. Warwick dan Charles A. Lininger, ada empat faktor yang
dapat memengaruhi jalannya komunikasi dalam wawancara. Keempat hal itu
akan ditunjukkan dalam bagan berikut ini.
0 komentar:
Posting Komentar