Konflik merupakan gejala sosial yang seringkali muncul dalam kehidupan
bermasyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa bentuk
konflik dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Nah, sekarang kita
akan belajar mengenai bentuk-bentuk konflik yang diilhami dari
pandangan para ahli sosiologi.
Soerjono Soekanto menyebutkan ada lima bentuk khusus konflik yang
terjadi dalam masyarakat. Kelima bentuk itu adalah konflik pribadi,
konflik politik, konflik sosial, konflik antarkelas sosial, dan konflik
yang bersifat internasional.
1. Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang
perorangan karena masalah-masalah pribadi atau perbedaan pandangan
antarpribadi dalam menyikapi suatu hal. Misalnya individu yang terlibat
utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.
2. Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan atau
tujuan politis yang berbeda antara seseorang atau kelompok. Seperti
perbedaan pandangan antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas
perjuangan, dan cita-cita politik masing-masing. Misalnya bentrokan
antarpartai politik pada saat kampanye.
3. Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras
yang berbeda karena adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling
bertabrakan. Misalnya konflik antara orang-orang kulit hitam dengan
kulit putih akibat diskriminasi ras (rasialisme) di Amerika Serikat dan
Afrika Selatan.
4. Konflik antarkelas sosial, yaitu konflik yang muncul karena adanya
perbedaan-perbedaan kepentingan di antara kelaskelas yang ada di
masyarakat. Misalnya konflik antara buruh dengan pimpinan dalam sebuah
perusahaan yang menuntut kenaikan upah.
5. Konflik yang bersifat internasional, yaitu konflik yang melibatkan
beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan
masing-masing. Misalnya konflik antara negara Irak dan Amerika Serikat
yang melibatkan beberapa negara besar.
Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut.
1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa
disebut dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana
individu menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam
peranan yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
4. Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antarnegara, atau organisasi internasional.
Sedangkan Lewis A. Coser membedakan konflik atas bentuk dan tempat terjadinya konflik.
1. Konflik Berdasarkan Bentuk
Berdasarkan bentuknya, kita mengenal konflik realistis dan konflik nonrealistis.
a. Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan
individu atau kelompok atas tuntutan-tuntutan maupun perkiraan-perkiraan
keuntungan yang terjadi dalam hubungan-hubungan sosial. Misalnya
beberapa orang karyawan melakukan aksi mogok kerja karena tidak sepakat
dengan kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan.
b. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari
tujuan-tujuan saingan yang bertentangan, tetapi dari kebutuhan untuk
meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Misalnya
penggunaan jasa ilmu gaib atau dukun dalam usaha untuk membalas dendam
atas perlakuan yang membuat seseorang turun pangkat pada suatu
perusahaan.
2. Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya
Berdasarkan tempat terjadinya, kita mengenal konflik in-group dan konflik out-group.
a. Konflik in-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau
masyarakat sendiri. Misalnya pertentangan karena permasalahan di dalam
masyarakat itu sendiri sampai menimbulkan pertentangan dan permusuhan
antaranggota dalam masyarakat itu.
b. Konflik out-group adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok
atau masyarakat dengan suatu kelompok atau masyarakat lain. Misalnya
konflik yang terjadi antara masyarakat desa A dengan masyarakat desa B.
Masih ada lagi ahli sosiologi yang memberikan klasifikasi mengenai
bentuk-bentuk konflik yang terjadi dalam masyarakat, yaitu Ursula Lehr.
Ursula Lehr membagi konflik dari sudut pandang psikologi sosial.
Menurutnya, apabila dilihat dari sudut pandang psikologi sosial, maka
konflik itu dapat dibedakan atas konflik dengan orang tua sendiri,
konflik dengan anak-anak sendiri, konflik dengan sanak saudara, konflik
dengan orang lain, konflik dengan suami atau istri, konflik di sekolah,
konflik dalam pekerjaan, konflik dalam agama, dan konflik pribadi.
Perhatikan bagan berikut ini.
1. Konflik dengan orang tua sendiri, terjadi akibat situasi hidup bersama antara anak dan orang tua, di mana antara perbuatan anak dengan keinginan orang tua terkadang tidak sejalan. Contohnya anak yang tidak mengikuti kehendak ibunya untuk masuk jurusan Ilmu Alam pada kelas XI ini, dan dia lebih memilih masuk jurusan Ilmu Sosial, karena bakat dan minatnya menunjukkan ke Ilmu Sosial.
2. Konflik dengan anak-anak sendiri, terjadi sebagai reaksi atas perilaku anak yang tidak sejalan dengan keinginan orangtuanya. Pada umumnya orang tua akan memberikan tanggapan secara berlebihan atas perlawanan yang dilakukan si anak. Misalnya dengan menghukum dan mengurangi hakhak si anak. Apabila anak memberikan reaksi negative terhadap tanggapan tersebut, maka terjadilah konflik antara orang tua dengan anak.
3. Konflik dengan sanak keluarga, dapat terjadi dalam seluruh perkembangan seseorang. Dalam konflik bentuk ini, seseorang akan mengalami konflik dalam rentang masa sesuai dengan usia dan tingkatan kehidupannya. Misalnya, di waktu kanak-kanak atau masa remaja, biasanya konflik terjadi dengan keluarga terdekat, seperti dengan orang tua atau saudara kandung. Begitu menginjak masa perkawinan dan keluarga, konflik akan meluas dan melibatkan keluarga dari istri atau suami.
4. Konflik dengan orang lain, muncul dalam hubungan social dengan lingkungan sekitarnya, seperti tetangga, teman kerja, teman sekolah atau yang lainnya.
5. Konflik dengan suami atau istri, umumnya timbul sebagai akibat adanya kesulitan yang dihadapi dalam perkawinan atau rumah tangga. Misalnya masalah keuangan, pembagian tugas mengatur rumah tangga, dan lain sebagainya.
6. Konflik di sekolah, umumnya terjadi akibat tidak dapat mengikuti pelajaran, tidak lulus sekolah, konflik yang terjadi karena hubungan yang tidak harmonis antara guru dengan murid, dan lain sebagainya.
7. Konflik dalam pekerjaan, timbul karena pekerjaan itu sendiri, seperti membosankan atau terlalu berat. Atau bisa juga karena terjadi konflik dengan teman sekerja, pimpinan, dan lain sebagainya.
8. Konflik dalam agama, umumnya berhubungan dengan perilaku-perilaku, hakikat, dan tujuan hidup menurut kaidah-kaidah agama. Misalnya perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran agama seperti memfitnah, berdusta, mencuri, dan lain-lain.
9. Konflik pribadi, dapat muncul karena minat yang berlawanan, tidak ada keuletan, atau tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri.
0 komentar:
Posting Komentar