Suatu pengukur dikatakan reliabel apabila alat tersebut dalam mengukur
suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang
sama (konsisten). Jadi alat yang reliabel adalah alat yang secara
konsisten memberi hasil ukuran yang sama. Karena itu, reliabilitas alat
merupakan syarat mutlak untuk menentukan pengaruh variabel satu terhadap
variabel yang lainnya. Di samping itu reliabilitas juga merupakan
syarat bagi validitas tes. Tes yang tidak reliabel dengan sendirinya
tidak valid. Jika tes itu tidak reliabel, maka senantiasa akan
menghasilkan hasil yang berbeda-beda, dan dapat disangsikan apakah yang
diukur hal yang sama.
Instrumen yang reliabel merupakan alat untuk mengetahui adanya perubahan
antara skor sebelum dan sesudah percobaan atau penelitian. Dianggap
bahwa perubahan itu terjadi atas pengaruh variabel dari percobaan
tersebut. Metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes antara
lain dengan meneliti test-retest dan test paralel.
a. Test-Retest
Test-retest untuk menentukan reliabilitas hanya berhasil apabila
dilakukan dalam situasi yang stabil, artinya situasi sewaktu mengadakan
test dan retest hendaknya sama. Idealnya skor untuk test dan retest
harus sama bagi semua individu yang diuji. Dalam eksperimen dengan
variabel eksperimen itu dapat diduga bahwa perubahan skor itu adalah
akibat dari variabel eksperimen itu. Perubahan itu adalah perubahan
dalam sikap atau sifat yang diukur oleh test itu.
Keuntungan metode test-retest adalah dapat dibandingkan secara langsung
dengan test itu sendiri. Jika ternyata hasil test dengan retest banyak
perbedaannya, maka perlu diadakan analisis tiap item untuk mengetahui
apakah item itu mampu atau tidak membedakan antara responden yang
mempunyai sifat itu.
Untuk mengetahui reliabilitas suatu alat pengukur dengan test-retest,
kita harus meminta responden yang sama agar menjawab semua pertanyaan
dalam alat pengukur sebanyak dua kali. Selang waktu antara test dengan
retest sebaiknya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Apabila
terlalu dekat, responden masih ingat dengan jawaban yang berikan pada
saat test. Namun apabila terlalu jauh, kemungkinan terjadi perubahan
pada fenomena yang diukur.
Kelemahan dari metode ini adalah bahwa para responden yang menjalani
test dapat mengingat item-itemnya dan akan memberikan jawaban yang sama
pada saat retest.
b. Test Paralel
Untuk test paralel, peneliti harus menyusun dua macam test dengan item-item yang berbeda namun untuk mengukur hal yang sama. Kedua test itu diberikan kepada responden yang sama, kemudian dicari validitasnya untuk masingmasing jenis. Kedua test itu dikatakan paralel atau ekuivalen.
Untuk menghitung reliabilitas, maka harus mengorelasikan skor dari kedua test tersebut. Keuntungan cara ini adalah bahwa responden tidak dipengaruhi karena mengingat item-item pada test pertama, karena bentuk test berbeda. Sementara itu kelemahannya adalah bahwa peneliti harus menyusun dua macam test mengenai gejala yang sama. Pekerjaan ini memakan waktu yang cukup banyak. Selain itu pekerjaan ini juga sulit karena harus diusahakan agar kedua test itu mempunyai reliabilitas yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar