Ada
beberapa kekuatan yang relevan dan fungsional dalam integrasi sosial,
yaitu homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok, perpindahan fisik,
serta efektivitas dan efisiensi komunikasi.
1)
Dilihat dari homogenitas kelompok, semakin kecil tingkat kemajemukan
suatu masyarakat, maka semakin mudah tercapai integrasi sosial.
2)
Menurut besar kecilnya kelompok, semakin kecil kelompok dapat berarti
semakin kecil tingkat kemajemukannya, dan biasanya dalam kelompok kecil
itu akan diwarnai hubungan-hubungan yang bersifat primer, sehingga
dicapai komunikasi yang sangat efektif yang akan berpengaruh pada
terciptanya integrasi sosial.
3) Perpindahan fisik, baik datang ke atau keluar dari suatu
kelompok akan memengaruhi tingkat kemajemukan
masyarakat atau kelompok.
4)
Efektivitas dan efisiensi komunikasi, yaitu Pengertian bersama yang
merupakan dasar terbentuknya integrasi masyarakat, di mana hanya akan
dapat tercapai apabila komunikasi dalam masyarakat itu berlangsung
secara efektif.
Apabila
kekuatan-kekuatan yang relevan dan fungsional tersebut di atas melemah,
yang terjadi adalah disorganisasi sosial atau ketidakteraturan dalam
berbagai segi kehidupan bermasyarakat. Apabila dibiarkan, yang terjadi
kemudian adalah berbagai macam konflik. Apabila konflik yang terjadi
tidak terkendali akan mengakibatkan gerakan sentrifugal yang mengancam
integrasi. Puncak dari sebuah konflik adalah disintegrasi dalam kelompok
masyarakat.
Selain
dikatakan adanya faktor yang dapat mendukung terjadinya integrasi
sosial, terdapat pula hal-hal yang dapat menghambat proses integrasi
sosial. Tentu saja, bentukbentuk perilakunya bersifat negatif dan
disosiatif bukan? Untuk itu mari kita simak bersama pemaparan beberapa
faktor berikut ini.
1) Primordialisme
Primordialisme
diartikan sebagai suatu pandangan atau paham yang menunjukkan sikap
berpegang teguh kepada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri
individu (dibawa sejak lahir), seperti suku bangsa, ras, agama, ataupun
asal usul kedaerahan, oleh seseorang dalam kelompoknya yang kemudian
meluas dan berkembang.
Dalam
masyarakat primordialisme selalu ada dan terjadi, misalnya pada suku
bangsa, golongan agama, dan partai. Terjadinya primordialisme ini antara
lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a) Adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok atau perkumpulan sosial.
b) Adanya suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan sosial terhadap ancaman dari luar.
c) Adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan system keyakinan, misalnya nilai-nilai keagamaan, pandangan hidup, dan sebagainya.
Primordialisme
yang melekat sebagai identitas suatu golongan atau pengelompokan sosial
memang merupakan faktor penting yang dapat memperkuat ikatan golongan
atau kelompok yang bersangkutan ketika ada ancaman dari luar kelompok,
tetapi sekaligus ia akan membangkitkan prasangka (prejudice) dan
permusuhan terhadap kelompok atau golongan yang berada di luar kelompok
atau golongannya. Hal ini jelas akan memperbesar jurang saling
pengertian dan kerja sama antarkelompok atau antargolongan di dalam
masyarakat yang lebih luas. Jika keadaannya demikian, pada giliran
berikutnya yang terjadi adalah terganggunya integrasi dan menguatnya
potensi konflik antargolongan.
Misalnya
disebagian masyarakat Amerika Serikat memiliki pandangan miring
terhadap warga kulit putih. Pandangan ini diperkuat karena mayoritas
warga Amerika Serikat berkulit putih. Efeknya aktivitas warga kulit
hitam dibatasi, termasuk kesempatan untuk terjun ke bidang politik,
ekonomi, dan sebagainya.
2) Etnosentrisme (Fanatisme Suku Bangsa)
Etnosentrisme
merupakan suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan
menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya. Karena yang
dipakai adalah ukuran-ukuran yang berlaku di dalam masyarakatnya, maka
orang akan selalu menganggap kebudayaannya mempunyai nilai yang lebih
tinggi daripada kebudayaan masyarakat lain.
Misalnya
Ali sebagai orang Jawa yang selalu menganggap suku bangsanya sendiri
yang paling baik. Ketika ia harus memimpin sebuah organisasi yang
anggotanya tidak semua orang yang berasal dari suku Jawa, Ali mulai
menunjukkan sikap etnosentrismenya. Ali menunjuk semua pengurus intinya
orang-orang yang berasal dari suku Jawa dan suku lain hanyalah sebagai
anggota.
Etnosentrisme
tidak rasional, tetapi emosional dan sentimental.
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan adalah perasaan, bukan
pemikiran yang jernih yang menggunakan akal sehat. Sebagai contohnya
adalah amukan massa suporter tim sepak bola yang kalah bertanding. Massa
suporter itu tidak mau tahu apa yang menyebabkan tim yang didukungnya
kalah oleh tim lawannya. Bisa jadi tim itu kalah karena memang kualitas
permainannya di bawah tim lawan. Namun adanya fanatisme kedaerahan telah
menghilangkan pertimbangan- pertimbangan rasional, sehingga yang
terjadi justru tindakan-tindakan emosional yang mengarah kepada
kerusuhan dan pengrusakan.
Namun demikian, etnosentrisme juga memiliki segi-segi positif antara lain sebagai berikut.
a) Menjaga keutuhan dan kestabilan budaya.
b) Mempertinggi semangat patriotisme dan kesetiaan kepada bangsa.
c) Memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan suatu bangsa.
3) Diskriminasi
Diskriminasi
merupakan pembedaan secara sengaja terutama dalam lapangan politik
terhadap golongangolongan yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan
suatu golongan tertentu. Dalam diskri-minasi, golongan tertentu
diperlakukan berbeda dengan golongan-golongan
lain.
Pembedaan itu dapat didasarkan pada ras, suku bangsa, agama, serta
mayoritas dan minoritas dalam masyarakat. Termasuk juga perlakuan
terhadap gender (jenis kelamin), kondisi fisik (kecacatan) yang berbeda,
dan tindakan yang cenderung tidak memerhatikan nilai-nilai kemanusiaan
merupakan bentuk diskriminasi yang sering tidak disadari oleh masyarakat
sendiri. Namun, pada dasarnya hal itu juga merupakan bentuk
diskriminasi. Perlakuan yang diskriminatif terhadap suatu golongan
tertentu akan sangat mengganggu dan menghambat jalannya integrasi
sosial.
4) Politik Aliran
Politik
aliran menurut Clifford Geertz merupakan keadaan perpolitikan, di mana
partai-partai politik yang ada dikelilingi oleh sejumlah organisasi
massa, baik formal maupun informal yang mengikutinya. Partai tersebut
mewakili sebuah ideologi yang diperjuangkan.
Dalam
memperjuangkan ideologi tersebut, sebuah partai politik di samping
memiliki organisasi massa yang bernaung di bawahnya, juga memiliki surat
kabar ataumajalah sebagai semacam corong perjuangannya. Sebagai
contohnya Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mempunyai ormas-ormas,
seperti Pemuda Marhaens, GMNI, ormas petani, di samping memiliki surat
kabar yang bernama Suluh Marhaens.
Berkembangnya
politik aliran dalam suatu masyarakat majemuk dapat mengakibatkan
jurang perbedaan antara kelompok-kelompok aliran yang berbeda itu.
Kenyataan ini menjadi potensi terjadinya konflik antara kelompokkelompok
tersebut jika tidak diolah dengan baik.
Apabila
di dalam masyarakat telah timbul gejala-gejala sosial seperti di atas,
maka di dalamnya tidak akan terwujud pola kehidupan yang serasi. Sebab
pola kehidupan masyarakat yang serasi dalam arti terwujudnya ketertiban,
keamanan, dan sebagainya, hanya dapat dicapai apabila segenap
unsur-unsur yang ada di dalam masyarakat yang meskipun berbeda-beda
dapat saling menyesuaikan satu dengan yang lain sehingg terintegrasikan
dengan kukuh.
0 komentar:
Posting Komentar