Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, baik
yang menguntungkan atau positif maupun yang tidak menguntungkan atau
negatif. Contoh perubahan yang positif adalah perubahan pola pikir
masyarakat dari pandangan yang menganggap bahwa banyak anak banyak
rejeki menjadi dua anak saja cukup.
Perubahan pola pikir itu membawa pengaruh yang positif bagi masyarakat,
karena kesejahteraan dan pendidikan anak menjadi lebih terjamin. Adapun
perubahan yang menimbulkan pengaruh yang negatif, misalnya adalah
penggunaan mesin-mesin industri untuk menggantikan tenaga manusia yang
dapat menyebabkan munculnya pengangguran dalam masyarakat.
Untuk dapat memahami lebih dalam mengenai perubahan sosial, perlu
kiranya mengetahui mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab
perubahan itu. Perubahan bisa terjadi sebagai akibat adanya sesuatu yang
oleh masyarakat dianggap sudah tidak memuaskan lagi. Selain itu mungkin
juga disebabkan adanya faktor-faktor baru yang oleh masyarakat dianggap
memiliki manfaat yang lebih besar bagi kehidupannya.
Sementara itu Soerjono Soekanto menyebutkan adanya faktor-faktor intern
dan ekstern yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam
masyarakat.
1. Faktor Intern
Faktor intern atau yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang
menyebabkan terjadinya perubahan sosial adalah perubahan penduduk,
penemuan baru, konflik, dan pemberontakan.
a. Perubahan Penduduk
Setiap anggota masyarakat pasti mengalami proses sosial, di antaranya
adalah interaksi sosial dan sosialisasi. Dengan begitu secara cepat
maupun lambat akan merubah pola pemikiran mereka dan tingkat pengetahuan
yang akan lebih mempercepat proses perubahan. Di samping itu, perubahan
penduduk yang ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk pada
suatu daerah mengakibatkan kadar keramahtamahan akan menurun, kelompok
sekunder akan bertambah banyak jumlahnya, struktur kelembagaan menjadi
lebih rumit, dan bentuk-bentuk perubahan yang lainnya.
b. Penemuan-Penemuan Baru
Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan
pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Penemuan menambahkan sesuatu
yang baru pada kebudayaan karena meskipun kenyataan tersebut sudah lama
ada, namun kenyataan itu baru menjadi bagian setelah kenyataan tersebut
ditemukan. Penemuan baru menjadi suatu faktor dalam perubahan sosial
jika hasil penemuan tersebut didayagunakan. Manakala suatu pengetahuan
baru dimanfaatkan untuk mengembangkan teknologi, biasanya akan disusul
oleh perubahan yang besar (Horton, 1993: 212).
Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi berbagai proses berikut ini.
1) Discovery,
yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh seorang individu atau
serangkaian individu dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa
alat-alat baru ataupun ide-ide baru.
2) Invention,
yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga penemuan baru
itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau difungsikan. Proses
dari discovery menjadi invention sering tidak hanya melibatkan satu atau
dua individu, tetapi serangkaian individu. Discovery baru akan menjadi
invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan
penemuan baru itu.
3) Inovasi
atau proses pembaruan, yaitu suatu proses panjang yang meliputi suatu
penemuan unsur baru, jalannya unsur baru itu tersebar ke bagian-bagian
masyarakat, serta cara-cara unsur baru itu diterima, dipelajari, dan
akhirnya diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Di dalam
masyarakat dikatakan telah terjadi inovasi apabila unsur atau alat baru
yang ditemukan telah banyak dikenal dan dipakai secara luas oleh warga
masyarakat.
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai konsep discovery,
invention, dan inovasi. Marilah kita simak bersama penjelasan berikut
ini.
1) Ralph Linton,
mengartikan discovery sebagai penemuan yang bersifat penambahan pada
pengetahuan, dan invention sebagai penerapan dari pengetahuan tersebut.
2) Harison,
menjelaskan discovery sebagai penemuan benda atau material baru dan
bersifat dasar, artinya belum jadi karena belum memiliki bentuk.
Sedangkan invention sebagai penemuan benda atau barang yang masih
sederhana, namun sudah mempunyai konstruksi dan bentuk tertentu, seperti
penemuan kapak tangan buatan masyarakat yang berkebudayaan prasejarah.
3) Dixon,
menyampaikan pengertian discovery dan invention secara lebih luas.
Menurutnya, baik discovery maupun invention keduanya dapat menimbulkan
hasil yang bersifat materiil maupun nonmateriil. Dalam hal ini Dixon
membedakan antara discovery dan invention dari sisi motivasi dan tujuan
yang menunjukkan terdapatnya faktor-faktor yang memengaruhi inovasi,
yaitu faktor kesempatan, pengamatan, penilaian, kebutuhan, dan
keinginan.
4) Hobart Barnet,
memandang inovasi sebagai rekombinasi dari ide-ide yang ada sebelumnya,
kemudian membentuk ide baru. Atau dengan kata lain inovasi adalah
konfigurasi mental yang ada pada individu tertentu.
5) Parsudi Suparlan,
menyatakan bahwa discovery adalah suatu penemuan baru yang berupa
persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat mengenai hubungan
antara dua gejala atau lebih. Sedangkan invention adalah ciptaan baru
yang berupa benda atau pengetahuan yang diperoleh melalui proses
penciptaan yang didasarkan atas kombinasi dari pengetahuan-pengetahuan
yang sudah ada mengenai benda atau lainnya.
Ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk melakukan penemuan atau
pembaruan terhadap suatu hal, di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Kesadaran dari para individu akan adanya kekurangan dalam
kebudayaannya. Individu tersebut berusaha untuk berbuat sesuatu guna
mengisi dan memperbaiki kekurangan yang ada.
2) Mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan akan mendorong
terjadinya penemuan baru. Apabila seorang ahli ingin meningkatkan mutu
dari hasil karyanya, maka mendorongnya untuk senantiasa mengoreksi hasil
karyanya itu.
3) Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong mutu.
Misalnya dengan mutu yang dihasilkannya, maka seseorang itu akan
mendapatkan penghormatan, kedudukan yang tinggi, harta kekayaan, dan
lain-lain.
4) Adanya krisis dalam masyarakat. Banyak penemuanpenemuan baru yang dihasilkan ketika terjadi krisis dalam masyarakat.
Suatu penemuan baru, baik kebudayaan rohaniah (imateriil) maupun
jasmaniah (materiil) mempunyai pengaruh bermacam-macam terhadap
kehidupan manusia. Di kelas X kamu sudah belajar mengenai pengaruh itu.
Masih ingatkah kamu dengan pelajaran tersebut? Nah, untuk mengingatkanmu
kembali, sekarang mari kita ulas sedikit mengenai materi tersebut.
1) Suatu penemuan baru tidak hanya menyebabkan perubahan dalam bidang tertentu, melainkan seringkali memancar ke bidang lainnya.
2) Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan yang menjalar dari suatu lembaga ke lembaga yang lain.
3) Beberapa jenis penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis
perubahan. Misalnya penemuan sepeda, sepeda motor, dan mobil menyebabkan
dibangunnya jalan-jalan beraspal.
4) Penemuan baru dalam hal kebudayaan rohaniah (ideologi, kepercayaan,
sistem hukum, dan sebagainya) ber-pengaruh terhadap lembaga
kemasyarakatan, adat istiadat, maupun pola perilaku sosial.
Bagaimana? Kamu sekarang pasti sudah ingat kembali dengan materi itu.
Dapatkah kamu menggambarkan pengaruh itu dan memberikan contoh konkret
yang terjadi di masyarakat?
c. Konflik dalam Masyarakat
Adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat, seperti perbedaan ciri-ciri
fisik, kepentingan, pendapat, status social ekonomi, suku bangsa, ras,
agama, dan lain-lain seringkali memicu munculnya konflik.
Konflik dapat terjadi antarindividu, antarkelompok, antara individu
dengan kelompok, dan antargenerasi. Konflik antarkelompok, misalnya
konflik antarsuku bangsa yang terjadi di Timika, Papua. Konflik tersebut
telah menimbulkan kerusakan, jatuhnya korban jiwa, dan hancurnya harta
benda.
Sebagai proses sosial, konflik memang merupakan proses disosiatif, namun
tidak selalu berakibat negatif. Suatu konflik yang kemudian disadari
akan memecahkan ikatan social biasanya akan diikuti dengan proses
akomodasi yang justru akan menguatkan ikatan sosial. Jika demikian,
biasanya akan terbentuk suatu keadaan yang berbeda dengan keadaan
sebelum terjadi konflik.
d. Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh Masyarakat
Revolusi bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan telah mencapai
puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang ditandai dengan
dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan oleh Ir. Soekarno dengan
didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta. Dengan proklamasi bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari cengkeraman penjajah, serta
telah mengubah struktur pemerintahan kolonial menjadi pemerintahan
nasional dengan berbagai perubahan yang mengikutinya, mulai dari lembaga
keluarga, sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, dan
sebagainya.
2. Faktor Ekstern
Penyebab perubahan sosial selain bersumber dari dalam masyarakat itu
sendiri juga dapat bersumber dari luar masyarakat itu. Faktor-faktor apa
sajakah itu? Di antaranya adalah faktor alam yang ada di sekitar
masyarakat berubah, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
a. Faktor Alam yang Ada di Sekitar Masyarakat Berubah
Alam mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Alam
adalah penyedia bahan-bahan makanan dan pakaian, penghasil tanaman,
serta sumber kesehatan dan keindahan. Pertambahan jumlah penduduk dan
kemajuan teknologi lambat laun dapat merusak alam. Semakin tinggi jumlah
penduduk, maka semakin tinggi pula tekanan terhadap alam. Oleh karena
itu akan terjadi perusakan alam. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan akan
perumahan, manusia mengeringkan lahan pertanian untuk membangun rumah.
Akibatnya lahan pertanian menjadi sempit, serta banyak petani yang
kehilangan lahan untuk bertani dan terpaksa bekerja sebagai buruh pabrik
atau pekerjaan yang lainnya.
b. Peperangan
Terjadinya perang di suatu wilayah akan berpengaruh terhadap perubahan
kepribadian dari individu-individu sebagai anggota masyarakat yang
tinggal di wilayah tersebut. Betapa tidak, perang pasti akan melibatkan
seluruh komponen masyarakat dan akan membawa perubahan dalam masyarakat
tersebut, baik besar maupun kecil. Selain itu akan membawa akibat yang
berarti bagi masyarakat setempat. Hal ini terutama pada masyarakat yang
kalah perang, karena adanya pemaksaan berbagai kebudayaan oleh negara
yang menang perang.
c. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Di era globalisasi sekarang ini, pengaruh kebudayaan masyarakat lain
merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan lagi. Adanya hubungan
kerja sama antarnegara serta sarana komunikasi dan informasi yang
semakin canggih, seperti televisi, radio, dan internet memudahkan
pengaruh kebudayaan masyarakat lain masuk dalam suatu negara. Akibatnya
muncul perubahan pada masyarakat yang menerima pengaruh kebudayaan itu.
Terjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain yang menyebabkan perubahan sosial adalah sebagai berikut.
1) Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh timbal
balik. Dengan demikian, di samping dipengaruhi, suatu masyarakat juga
akan memengaruhi masyarakat lain. Akibatnya muncul kebudayaan baru yang
merupakan perpaduan antara dua kebudayaan yang saling berhubungan.
Misalnya wayang yang merupakan perpaduan antara kebudayaan Jawa dan
Hindu (India).
2) Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa,
seperti radio, televisi, majalah atau surat kabar. Dalam hal ini yang
terjadi adalah pengaruh sepihak, di mana pengaruh hanya berasal dari
masyarakat yang menguasai sarana komunikasi massa tersebut.
3) Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan mempunyai
taraf kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi justru cultural
animosity, yaitu keadaan di mana dua masyarakat yang meskipun
berkebudayaan berbeda dan saling hidup berdampingan, namun saling
menolak pengaruh kebudayaan satu terhadap yang lain. Biasanya terjadi
antara dua masyarakat yang pada masa lalunya mempunyai konflik fisik
ataupun nonfisik.
4) Apabila dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf yang
lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi (peniruan)
unsur-unsur kebudayaan masyarakat yang telah maju oleh kebudayaan yang
masih rendah.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt menambahkan beberapa faktor yang
turut menjadi penentu dan kadar perubahan sosial, yaitu lingkungan
fisik, kontak dan isolasi, struktur sosial, sikap dan nilai, serta
kebutuhan yang dianggap perlu.
1. Lingkungan Fisik
Sepanjang sejarah, banyak kelompok manusia mengubah lingkungan fisik
mereka dengan melakukan migrasi. Migrasi ke lingkungan yang berbeda
menimbulkan perubahan besar dalam segi kebudayaan. Hal semacam ini
terjadi terutama pada masyarakat primitif yang kehidupan para anggotanya
sangat tergantung langsung pada lingkungan fisik. Peradaban mempermudah
perpindahan dan penerapan budaya pada lingkungan baru yang berbeda.
2. Kontak dan Isolasi
Masyarakat yang terletak di persimpangan jalan lalu lintas dunia selalu
menjadi pusat perubahan. Karena kebanyakan unsur budaya dari masyarakat
atau negara lain masuk melalui difusi, maka masyarakat yang mengadakan
hubungan dengan masyarakat atau negara lain itulah yang mudah atau
cenderung mengalami perubahan terlebih dahulu. Sedangkan daerah yang
terisolasi merupakan pusat kestabilan, konservatisme, dan penolakan
terhadap perubahan. Hampir semua suku yang sangat primitif juga
merupakan suku-suku yang terisolasi.
3. Struktur Sosial
Struktur masyarakat memengaruhi kadar perubahan masyarakat secara halus
dan pengaruhnya tidak dapat dilihat secara langsung. Meskipun birokrasi
kadangkala digunakan untuk menekan perubahan (biasanya hanya berhasil
untuk sementara waktu), namun ternyata birokrasi yang sangat terpusat
justru sangat menunjang pengembangan dan difusi perubahan. Bilamana
suatu kebudayaan sangat terintegrasi sehingga setiap unsur kebudayaan
saling terkait satu sama lainnya dengan baik dalam sistem
ketergantungan, maka perubahan akan sulit terjadi dan mengandung risiko
yang besar.
4. Sikap dan Nilai-Nilai
Bagi kita, perubahan merupakan suatu hal yang biasa dan wajar selayaknya
air yang mengalir. Hal itu berbeda dengan kebanyakan orang Barat yang
memiliki kebanggaan apabila dapat melakukan perubahan, dalam arti
menghasilkan penemuan-penemuan baru, serta bersikap progresif dan tidak
ketinggalan zaman. Suatu masyarakat yang berubah secara cepat memiliki
sikap berbeda terhadap perubahan. Sikap itu merupakan penyebab dan juga
akibat dari perubahan yang sudah berlangsung.
Selain itu, masyarakat yang berubah secara cepat dapat memahami
perubahan sosial. Para anggota masyarakatnya bersikap skeptis dan kritis
terhadap beberapa bagian dari kebudayaan tradisional mereka dan selalu
berupaya melakukan eksperimen-eksperimen baru. Sikap seperti itu sangat
merangsang saran dan penerimaan perubahan di kalangan anggota
masyarakat.
5. Kebutuhan yang Dianggap Perlu
Kebutuhan bersifat subjektif. Kebutuhan dianggap nyata jika orang merasa
bahwa kebutuhan itu memang nyata. Di banyak bagian dunia yang
terbelakang dan kekurangan pangan, orang bukan saja memiliki kebutuhan
objektif akan tambahan pangan, tetapi juga memerlukan berbagai jenis
pangan. Jika orang belum merasa butuh, maka orang akan tetap menolak
perubahan, dan hanya kebutuhan yang dianggap perlu oleh masyarakat yang
memegang peran menentukan. Beberapa penemuan praktis terabaikan hingga
saat masyarakat membutuhkan kegunaan dari penemuan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar