Kalau
kita mengamati kehidupan masyarakat dalam keseharian, akan kita jumpai
adanya perubahan status sosial. Atau paling tidak keinginan untuk
mengadakan perubahan terhadap status sosial yang dimiliki, dari status
sosial yang rendah ke status sosial yang lebih tinggi bukan?
Tono
adalah seorang penjual koran (surat kabar) keliling. Karena merasa
sudah memiliki modal yang cukup, ia kemudian membuka sebuah kios koran
dan majalah. Mulai saat itu ia tidak berjualan koran keliling lagi.
Namun, justru para pembeli yang datang ke kiosnya untuk membeli koran
dan majalah.
Dalam
contoh kasus di atas dapat kamu pahami adanya pergeseran status sosial
Tono. Pergeseran status sosial tersebut secara sederhana dalam sosiologi
disebut dengan istilah mobilitas sosial. Lalu, bagaimana suatu
mobilitas sosial itu dapat terjadi? Dan apakah hubungannya dengan
struktur sosial? Mari kita simak penjelasannya berikut ini.
1. Pengertian Mobilitas Sosial
Sebelum
kita membahas apa itu mobilitas sosial, ada baiknya mari kita
perhatikan bersama contoh kasus berikut ini. “Pak Ibrahim, seorang
anggota masyarakat yang bekerja sebagai karyawan pada sebuah perusahaan
swasta. Setiap bulannya, ia memperoleh gaji sebesar Rp1.250.000,00.
Suatu saat Pak Ibrahim ditawari pekerjaan oleh salah seorang temannya
yang bekerja pada perusahaan lain, dengan gaji tiap bulannya
Rp1.500.000,00. Dengan tawaran gaji yang lebih tinggi tersebut, akhirnya
Pak Ibrahim memutuskan untuk pindah kerja ke perusahaan lain”.
Ilustrasi
kasus di atas merupakan contoh sederhana adanya mobilitas sosial di
dalam masyarakat. Dari ilustrasi tersebut, dapatkah kamu mendeskripsikan
apakah mobilitas sosial itu? Serta alasan apa yang mendorong seseorang
sebagai anggota masyarakat melakukan mobilitas sosial?
Mobilitas
sosial adalah suatu gerak perpindahan seseorang atau kelompok anggota
masyarakat dari status sosial yang satu ke status sosial yang lainnya
dalam suatu struktur sosial pada masyarakat. Mobilitas sosial mempunyai
kaitan yang erat dengan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial,
mengingat mobilitas social merupakan gerak pindah dari suatu lapisan ke
lapisan yang lainnya, baik dari bawah ke atas maupun dari atas ke bawah.
Dalam hal ini, masyarakat dengan kelas sosial yang bersifat terbuka
merupakan masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas sosial yang tinggi,
sedangkan masyarakat yang berkelas social tertutup memiliki tingkat
mobilitas sosial yang rendah. Hal ini mengingat pada masyarakat dengan
kelas sosial tertutup sangat sedikit sekali, bahkan tidak memungkinkan
terjadinya perpindahan anggota dari satu lapisan ke lapisan yang lain.
Namun
demikian, tidak menutup kemungkinan mobilitas sosial terjadi dalam
konteks diferensiasi sosial, yaitu perpindahan penduduk secara
horizontal yang tidak menunjukkan tingkatantingkatan. Dalam diferensiasi
sosial akan terjadi pula mobilitas anggota kelompok, meskipun tidak
seperti yang terjadi dalam stratifikasi sosial. Misalnya perpindahan
penduduk dari desa ke kota atau yang dikenal dengan istilah urbanisasi.
0 komentar:
Posting Komentar