Sosialisasi selain sebagai proses belajar dan mewariskan suatu
kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, juga sebagai
sarana untuk mengembangkan diri sendiri yang berarti membangun diri
sendiri untuk membentuk kepribadiannya.
Dalam sosialisasi dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu sosialisasi
represif (repressive socialization) dan sosialisasi partisipatif
(partisipatory socialization).
a. Sosialisasi Represif
Di masyarakat seringkali kita melihat ada orang tua yang memberikan
hukuman fisik pada anak yang tidak menaati perintahnya. Misalnya memukul
anak yang tidak mau belajar, atau mengunci anak di kamar mandi karena
berkelahi dengan teman.
Contoh ini merupakan salah satu bentuk sosialisasi represif yang ada di
sekitar kita. Dari contoh tersebut dapatkah kamu menyimpulkan apa
sebenarnya sosialisasi represif itu? Sosialisasi represif merupakan
sosialisasi yang lebih menekankan penggunaan hukuman, terutama hukuman
fisik terhadap kesalahan yang dilakukan anak.
Adapun ciri-ciri sosialisasi represif di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Menghukum perilaku yang keliru.
2) Adanya hukuman dan imbalan materiil.
3) Kepatuhan anak kepada orang tua.
4) Perintah sebagai komunikasi.
5) Komunikasi nonverbal atau komunikasi satu arah yang berasal dari orang tua.
6) Sosialisasi berpusat pada orang tua.
7) Anak memerhatikan harapan orang tua.
8) Dalam keluarga biasanya didominasi orang tua.
Sosialisasi represif umumnya dilakukan oleh orang tua yang otoriter.
Sikap orang tua yang otoriter dapat menghambat pembentukan kepribadian
seorang anak. Mengapa? Anak tidak dapat membentuk sikap mandiri dalam
bertindak sesuai dengan perannya. Seorang anak yang sejak kecil selalu
dikendalikan secara berlebihan oleh orang tuanya, setelah dewasa ia
tidak akan berani mengembangkan diri, tidak dapat mengambil suatu
keputusan, dan akan selalu bergantung pada orang lain. Kata-kata
‘harus’, ‘jangan’, dan ‘tidak boleh ini dan itu’ akan selalu
terngiang-ngiang dalam pikirannya.
b. Sosialisasi Partisipatif
Pola ini lebih menekankan pada interaksi anak yang menjadi pusat
sosialisasi. Dalam pola ini, bahasa merupakan sarana yang paling baik
sebagai alat untuk membentuk hati nurani seseorang dan sebagai perantara
dalam pengembangan diri. Dengan bahasa, seseorang belajar
berkomunikasi, belajar berpikir, dan mengenal diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sosialisasi partisipatif memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
1) Memberikan imbalan bagi perilaku baik.
2) Hukuman dan imbalan bersifat simbolis.
3) Otonomi anak.
4) Interaksi sebagai komunikasi.
5) Komunikasi verbal atau komunikasi dua arah, baik dari anak maupun dari orang tua.
6) Sosialisasi berpusat pada anak.
7) Orang tua memerhatikan keinginan anak.
8) Dalam keluarga biasanya mempunyai tujuan yang sama.



0 komentar:
Posting Komentar