Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Fosil
Semua pembangkit tenaga listrik, termasuk PLTN,
mempunyai prinsip kerja yang relatif sama. Bahan bakar (baik yang berupa
batu bara, gas ataupun uranium) digunakan untuk memanaskan air yang
akan menjadi uap. Uap memutar turbin dan selanjutnya turbin memutar
suatu generator yang akan menghasilkan listrik.
Perbedaan yang mencolok adalah bahwa PLTN tidak membakar
bahan bakar fosil, tetapi menggunakan bahan bakar dapat belah (bahan
fisil). Di dalam reaktor, bahan fisil tersebut direaksikan dengan
neutron sehingga terjadi reaksi berantai yang menghasilkan panas. Panas
yang dihasilkan digunakan untuk menghasilkan uap air bertekanan tinggi,
kemudian uap tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin. Dengan
digunakannya bahan fisil, berarti tidak menghasilkan CO2, hujan asam, ataupun gas beracun lainnya seperti jika menggunakan bahan bakar fosil.
Seberapa amankah PLTN?
Dibandingkan pembangkit listrik lainnya, PLTN mempunyai
faktor keselamatan yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh studi
banding kecelakaan yang pernah terjadi di semua pembangkit listrik.
Secara statistik, kecelakaan pada PLTN mempunyai persentase yang jauh
lebih rendah dibandingkan yang terjadi pada pembangkit listrik lain. Hal
tersebut disebabkan karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi yang
harus dipunyai adalah adanya “pertahanan berlapis” (defence in-depth).
Dengan kata lain, dalam PLTN terdapat banyak pertahanan berlapis untuk
menjamin keselamatan manusia dan lingkungan. Jika suatu sistem operasi
mengalami kegagalan, maka masih ada sistem cadangan yang akan
menggantikannya. Pada umumnya, sistem cadangan berupa suatu sistem
otomatis pasif. Disamping itu, setiap komponen yang digunakan dalam
instalasi PLTN telah didesain agar aman pada saat mengalami kegagalan,
sehingga walaupun komponen tersebut mengalami kegagalan, maka kegagalan
tersebut tidak akan mengakibatkan bahaya bagi manusia dan lingkungannya.
Dari sisi sumber daya manusia, personil yang
mengoperasikan PLTN harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat, dan
wajib mempunyai sertifikat sebagai operator reaktor yang dikeluarkan
oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Untuk mendapatkan
sertifikat tersebut, mereka harus mengikuti dan lulus ujian pelatihan.
Sertifikat tersebut berlaku untuk jangka waktu tertentu dan setelah
lewat masa berlakunya maka akan dilakukan pengujian kembali.
Peranan PLTN dalam Kelistrikan Dunia
Pada Nopember 2005, di seluruh dunia terdapat 441 buah
pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di 31 negara,
menghasilkan tenaga listrik sebesar lebih dari 363 trilyun watt. Reaktor
yang dalam tahap pembangunan sebanyak 30 buah dan 24 negara (termasuk 6
negara yang belum pernah mengoperasikan reaktor nuklir) merencanakan
untuk membangun 104 reaktor nuklir baru. Saat ini energi listrik yang
dihasilkan PLTN menyumbang 16% dari seluruh kelistrikan dunia, yang
secara kuantitatif jumlahnya lebih besar dari listrik yang dihasilkan di
seluruh dunia pada tahun 1960.
Negara-negara di Eropa merupakan negara yang paling
tinggi persentase ketergantungannya pada energi nuklir. Perancis,
Lithuania dan Slovakia merupakan tiga negara yang memiliki
ketergantungan listrik pada energi nuklir yang tinggi, yaitu
masing-masing sebesar 78%, 72% dan 55%.
Di masa mendatang, pemakaian energi nuklir akan berkembang lebih maju
lagi, tidak hanya sekedar untuk pembangkit listrik saja, tetapi juga
untuk keperluan energi selain kelistrikan, seperti produksi hidrogen,
desalinasi air laut, dan pemanas ruangan.
0 komentar:
Posting Komentar